Minggu, 09 Agustus 2009

SOULMATE ...

Y ALLAH.... ak gak tau zapa soulmate ak nanti?
siapa jodoh ak nanti?
siapa suami ak nanti?
siapa yg akan dampingi ak nanti kelak suka dan duka?
SOULMATE ak sapa y????

Ak pgn ketemu zm dia Saat ini juga???
temukanlah jodoh ak Y ALLAH

HaRi Yg InDAh PaGI yG cERAh.....

sUmPAh..... SeJuK,,,, tENanG,,,,iNdAh,,,,,SmUa Dech,,,,, PaGi INi...
My BLog.... tau gak??? ckr ak udah nyampe kantor... TENG tepat pukul 07.00 pagi pas bgt ak udah bisa diem di ruangan ak .... hahaha.... gak nyangka juga ak bisa ke kantor sekilat ini.... biaza'y boro"

Rabu, 05 Agustus 2009

MorNing........ AL.....

meT pagIIIII Guy's......
saat'y KEMBALI ke kantor...... uhhhhh ASIX.....
ayooooo semangat bgt nich ak hari ini coz.....????
besok Jumat (Saat'y Pulang Ke Bogor) Kangen tauuuuu m Nyokap,bOkap N Kk pLuz adik Ku....

Selasa, 04 Agustus 2009

Kangen Nyokap Bokap decH...

Duh Lama tinggal di jakarta Ternyata bikin kangen Ortu yg tinggal di Bogor.... Mentang" ak kerja di jkt.... untuk pulang ke bgr az jarang bgt......

Bt Hidup ini sepi.....

Gak punya pacar ihhh sebel.... padahal kerja udah.... Kuliah juga lagi di jalanin... tapi kenapa ak masih LoneLy.... UhHhhHhH sADIS - AFgan......

Ada Cinta di Hatiku

Kata orang cinta itu buta, tidak pandang kedudukan, harta, etnis, umur bahkan menembus batas religi sekalipun. Tak menjadi rahasia lagi, cinta mempunyai power yang luar biasa, Bahkan sudah menjadi kodrat manusia untuk mencintai lawan jenis atau kepada makhluk yang lain. Cinta bisa mejadikan sesuatu yang tidak mungkin, dan membuka kemungkinan, semua itu tentunya bukan sulap juga bukan sihir.
Keterpisahan manusia menjadi suatu alasan untuk melahirkan cinta. Pengalaman akan keterpisahan ini menimbulkan kecemasan yang luar biasa dalam jiwa manusia. Bahkan keterpisahan inilah yang merupakan pusat sumber dari segala kecemasan yang di derita oleh manusia. Meninggalkan egosentrisme jiwa dan derita kesendirian menuju kesatuan jiwa manusia yang akan membebaskan penderitaannya.
Adam sebagai manusia yang tercipta pertama kali hidup sebatang kara di surga, walaupun begitu, rasa keterpisahan, kesendirian akhirnya melatarbelakangi munculnya Hawa yang akan menemani perjalanan sampai akhir hayatNya. Cinta itu kesatuan jiwa manusia yang belum sempurna. Cinta mengatasi kesedihan dari dari derita ketersendirian. Hasrat peleburan interpersonal adalah motivator yang kuat yang ada dalam jiwa manusia. Ia menjadi kebutuhan yang paling dasar manusia untuk tidak menolaknya dan bersemayam di dalam jiwa manusia, kebutuhan melestarikan keturunan, etnis, ras, keluarga dan masyarakat menjadikan manusia untuk selalu menghidupkan penyatuan dan menghindari keterpisahan.
Seni CintaCinta adalah memberi, yaitu memberikan sesuatu yang paling berharga, memberikan kepasrahan, memberikan rasa tanggung jawab, memberikan perlindungan, memberikan pengetahuannya, memberikan pemahamannya bahkan juga memberikan kesedihannya. Dalam proses memberi itulah menjadikan kepuasan cinta dan tidak harus mendapatkan sebuah imbalan. Dalam tindakan memberi seseorang akan menemukan realita dimana setiap pemberiannya akan menghasilkan dan akan kembali kepadanya, sehingga bisa mengubah seseorang yang semula penerima justru dia akan memberi pula. Memberikan telah menjadikan tindakan kepuasan (mencintai) dari pada penerima (dicintai), juga lebih penting dari pada dicintai. Lebih dari pada itu, dia akan merasakan suatu kemampuan yang akan menghasilkan cinta lewat tindakan mencintai dari pada dicintai.
Cinta sejati tidak pernah tersirat untuk mengharapkan imbalannya. Walaupun suatu saat akan dan pasti kembali. Cinta seorang ibu terhadap bayinya, karena dia lucu, cantik dan menggemaskan. Maka cinta ibu adalah kedamaian, kebahagiaan dan kesempurnaan sebuah cinta. Ketika ibu mengharapkan imbalan jasa-jasanya saat anak sudah dewasa, maka cinta sudah mengalami ketidaksempurnaannya. Dan ketika anak sudah menginjak dewasa, maka ibu harus rela melepaskan anaknya. Sedangkan keterpisahan itu dilakukan karena sang anak harus membentuk kehidupannya, membebaskannya untuk mencari penyatuan seperti dirinya (ibunya).
Cinta yang matang akan mengatakan, aku dicintai karena aku mencintainya, bukan aku mencintainya karena aku dicintainya. Aku membutuhkan karena aku mencintainya, bukan aku dibutuhkan maka aku mencintainya. Cinta abadi tidak disebabkan karena kecerdasan, keuletan, ketampanan, kecantikan, karena semua itu akan hilang ketika seiring dengan hilangnya karakter-karakter itu juga. Cinta adalah perasaan, keputusan, kepasrahan dan tanggung jawab. Cinta tidak hanya perasaan, kalau itu terjadi maka suatu saat pasti akan mengalami keterpisahan. Jika kita benar-benar mencintai seseorang, maka kita harus mencintai semua orang, mencintai dunia ini dan kehidupannya. Jika kita mampu mengatakan “I love you” maka kita juga bisa mengatakan, di dalam dirimu aku mencintai semua orang, melalui dirimu aku mencintai dunia, melalui dirimu aku mencintai diriku sendiri.
Bagi Freud, cinta adalah sexsualitas, persenggamaan antara jenis lain kelamin, bahkan cinta terhadap saudarapun dianggap ketertarikan hubungan sexsualitas, karena terlarang maka tertahankan. Cinta dalam pandangan Freud mempunyai ketertarikan terhadap lawan jenis. Mencintai seseorang berarti mengaktualisasikan dan mengkonsentrasikan kekuatan untuk mencintai. kekuatan untuk melindungi, mengayomi dan bertanggung jawab menjadi prasyarat mutlak untuk mencintai.
Cinta ibu kepada bayinya karena ketakberdayaan, cinta persaudaraan karena cinta antar orang-orang yang setara sedangkan cinta erotis mendambakan suatu peleburan secara total, penyatuan dengan pribadi lain. Cinta inilah merupakan bentuk cinta yang paling tidak bisa dipercaya. Karena begitu mudah untuk mengalami keterpisahan.
Ketulusan cinta bisa dilihat dari kepasrahan, keputusan dan keabadian untuk selalu menyatu. Kita bisa melihat keikhlasan cinta Rabi’ah Al Adawiyah dan Layla dan Majnun, mereka adalah simbol dari cinta sejati yang selalu menyatu dengan yang dicintaiNya. Keikhlasan selalu mengiringi langkahnya. Baik itu cinta kepada Tuhan, manusia dan lainnya. Cinta yang tidak sampai kepada seseorang yang dicintainya berarti cintanya impotent (tidak berdaya). Tetapi apakah cinta harus memiliki? Bukankah kebahagiaan, kedamaian dari apa yang dicintainya menjadikan kita juga mengalami kebahagiaan? Untuk mendapatkan seni cinta kita juga perlu berkosentrasi dan menguatkan diri terhadap apa dan siapa yang kita cintai. Karena cinta itu bukan “omong kosong” belaka.
Rosit